Kamis, November 21, 2024
OpiniPendidikan

PEMBELAJARAN DIFERENSIASI

Oleh: Usep Saefuddin, S.Pd, M.M

Kepala Sekolah Penggerak SDN Sukasari I Cibuaya Karawang

Each child is unique. Hakikat setiap anak itu unik (Bredekamp).

Hakikat Anak

Setiap individu memiliki karakter dan perkembangan masing-masing. Jangankan antar peserta didik, anak yang kembar pun ada saja sisi perbedaannya. Kelajuan perkembangan setiap peserta didik pun berbeda-beda. Perbedaan tersebut meliputi: a) perkembangan fisik, b) perseptual, c) emosi dan psikologis, d) kecerdasan, e) motivasi dan sosial. Misalnya ada beberapa peserta didik yang mengalami perkembangan kecerdasan sangat pesat. Ada pula beberapa peserta didik yang justru optimal pada perkembangan fisiknya.

Kemudian, peserta didik juga memiliki dunianya sendiri. Selalu ada kesenjangan antara harapan orang dewasa dengan kenyataan kehidupan peserta didik. Guru tidak bisa memaksakan peserta didik masuk dalam dunia orang dewasa secara mutlak. Matt Scott seorang head teacher STEM at The Canobolas Rural Technology High School in Orange, New South Wales memberikan pernyataannya. Pada Australian Educator Magazine Edisi Autumn 2017 page 38, mengungkapkan bahwa,”if students can’t make a connection between what you are teaching them and what’s happening in their lives, they won’t see the point of it” (Jika peserta didik tidak dapat membuat hubungan antara apa yang diajarkan guru dengan apa yang terjadi dalam kehidupannya, peserta didik tidak akan melihat poin tersebut).

Differentiated Learning

Salah satu pengalaman berharga penulis dari studi singkat ke Australia dalam aspek pendekatan pembelajaran pada tahun 2017 adalah  “differentiated learning (pembelajaran diferensiasi). Pendekatan pembelajaran ini konon juga dikembangkan di beberapa negara maju seperti Inggris atau pun Amerika Serikat. Dalam ruh pendekatan pembelajaran ini, adanya perlakuan berbeda dan aktivitas belajar yang berbeda untuk setiap peserta didik atau kelompok peserta didik dalam memahami topik pembelajaran tertentu. Perbedaan tersebut berdasarkan atas perkembangan peserta didik.

Hal ini sejalan dengan semangat merdeka belajar. Ada istilah capaian pembelajaran pada Kurikulum Merdeka. Berdasarkan Kemdikbudristek RI (2021) mengungkapkan bahwa capaian pembelajaran merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai pada setiap tahap perkembangan peserta didik untuk setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Capaian pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi dan lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Salah satu prinsip pembelajaran pada Kurikulum Merdeka adalah fleksibel (sesuai proses dan tahap peserta didik). Prinsip tersebut mengamanatkan guru untuk melakukan teaching at the right level, mengajar pada level yang seharusnya. Hal tersebut merupakan impian guru dalam mengajar peserta didik sesuai dengan tahapannya. Tindakan ini pula merupakan impian peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan haknya.

Praktik Pembelajaran Diferensiasi

Perkembangan peserta didik yang bervariasi seyogianya disikapi dengan pengalaman belajar yang berbeda pula. Guru dengan kemampuan pedagogiknya dapat memilah kelompok kemampuan peserta didik berdasarkan kriteria tertentu melalui tes awal, misal: a) group 1 untuk kemampuan di atas rata-rata, b) group 2 untuk kemampuan rata-rata, dan c) group 3 untuk peserta didik yang membutuhkan perhatian khusus. Pengelompokkan tersebut berimbas pula pada perbedaan tujuan pembelajaran (learning intentions), materi pembelajaran (learning materials), metode pembelajaran (learning methods), langkah kegiatan (learning steps), media pembelajaran (instructional media) dan evaluasi pembelajaran (evaluation of learning).

Perbedaan tujuan pembelajaran didasarkan atas pertimbangan bahwasannya peserta didik yang membutuhkan perhatian khusus, tidak dapat disamakan target kemampuannya dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rata-rata dan di atas rata-rata. Misal kelompok 1 memiliki tujuan pembelajaran yang bersifat analisis dan penerapan, kelompok 2 bersifat pemahaman, dan kelompok 3 bersifat hafalan. Atau dalam aspek keterampilan, kelompok 1 memiliki tujuan untuk keterampilan yang kompleks, kelompok 2 untuk keterampilan yang biasa (regular) atau menengah (intermediate), sementara kelompok 3 untuk keterampilan yang dasar (basic).

Begitu pun dengan materi pembelajarannya, ada perlakuan penyajian materi yang berbeda antar kelompok peserta didik. Misalnya kelompok di atas rata-rata disajikan materi berupa generalisasi suatu konsep tertentu, kelompok 2 disajikan materi tentang suatu konsep tertentu, sedangkan kelompok 3 hanya menyajikan fakta-fakta konsep tersebut. Dengan demikian peserta didik tidak merasa terbebani dengan pembelajaran, bermakna pula dengan kehidupan peserta didik sehari-hari.

Dalam metode pembelajaran pun dituntut perlakuan yang beraneka ragam. Pemilihan metode ini didasarkan atas efektivitas penyampaian materi pembelajaran untuk setiap kelompok. Misalnya kelompok 1, karena kemampuan di atas rata-rata menggunakan metode discovery atau inquiry. Kelompok 2 menggunakan metode diskusi. Kelompok 3 menggunakan metode tanya jawab dan demonstrasi.

Kegiatan Pembelajaran Diferensiasi

Kegiatan pembelajaran juga menyesuaikan dengan dasar pengelompokan pembelajaran diferensiasi. Pemilihan kegiatan didasarkan atas aktivitas-aktivitas yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan di awal. Misal kelompok pertama menggunakan kegiatan yang opened, didasarkan atas kreativitas siswa, kelompok ketiga dilakukan secara terstruktur dengan perintah dan instruksi yang telah ditetapkan oleh guru, sementara kelompok kedua secara terbimbing dengan beberapa instruksi global guru, sementara rinciannya berdasarkan kreativitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik masing-masing.

Guru memperlakukan peserta didik sesuai dengan perkembangannya. Sumber: Dokumen Penulis

Media pembelajaran pun turut menjadi perhatian yang berbeda. Misalnya apabila akan menggunakan media ICT, kelompok pertama disajikan dalam media online, kelompok kedua dilakukan secara blended (campuran) antara offline dan online dengan pemanfaatan media ICT, maka pada kelompok ketiga menggunakan media offline.

Evaluasi pembelajaran juga diperlukan teknik yang berbeda sebagai konsekuensi penerapan pendekatan pembelajaran diferensiasi. Minimal meskipun dilakukan dengan teknik yang sama, namun memiliki rubrik kriteria keberhasilan yang berbeda berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Simpulan

Terlepas dari pro dan kontra tentang konsep atau penerapan pembelajaran diferensiasidi Indonesia, selalu ada tantangan dalam mengimplementasikannya. Salah satunya adalah kesiapan guru, karena dengan menerapkan pembelajaran diferensiasi menuntut guru untuk bekerja secara multitasking (banyak pekerjaan) dalam satu waktu. Terlebih potret guru SD di Indonesia yang hanya berjumlah satu orang guru untuk satu kelas, berbeda dengan di negara Australia yang bersifat kolaboratif antar guru dalam satu kelas. Satu hal lain yang menjadi tantangan implementasi pembelajaran diferensiasidi Indonesia menurut penulis adalah praktik penilaian yang masih menuntut keseragaman seperti US, penilaian akhir semester, harian, penilaian tengah semester dan penilaian-penilaian lainnya. Segala upaya yang lebih baik, selalu ada pengorbanan yang harus dilakukan, sehingga optimisme dan jiwa yang besar diperlukan untuk mengembangkan pendekatan ini sebagai solusi pendidikan yang manusiawi, berorientasi pada perkembangan peserta didik yang optimal. Minimal diimplementasikan dalam satuan pembelajaran tertentu, pada waktu tertentu dengan project tertentu. Selamat mencoba !!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *