Haji Maslani Ingin Membangun Negeri Lewat Jalur DPR RI
KARAWANG, arusperubahan.COM – Dalam memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 77, Haji Maslani, seorang tokoh masyarakat beserta warga Perumahan Permata Regency, menggelar pertunjukan Wayang Kulit dengan Dalang Ki Sri Kuncoro ditambah penampilan dagelan Eka Uget-Uget dan Gareng Palur, berhasil menghibur ribuan warga masyarakat yang menyaksikan.
Pertunjukan wayang kulit dengan lakon “Semar Mbangun Kayangan” tersebut digelar di kawasan terbuka dengan desain panggung yang sangat megah, di Perumahan Permata Regency, Selasa malam (16/8/2022).
Sebelum pertunjukan, haji Maslani menyerahkan tokoh wayang Semar kepada Dalang Ki Sri Kuncoro.
Saat berinteraksi dengan dagelan Eka Uget-Uget dan Gareng Palur, H. Maslani mengungkapkan keinginannya untuk berbhakti pada negeri lewat jalur legislatif, yaitu ingin mencalonkan diri sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, dari Partai Nasdem.
Dalam kesempatan tersebut H. Maslani memohon doa restu kepada para tamu undangan, para tokoh agama serta kepada ribuan masyarakat yang menghadiri acara tersebut, untuk mencalonkan diri sebagai anggota legislative di DPR RI dari Partai Nasdem dan Keponakannya Miko untuk calon anggota DPRD Kabupaten Karawang,”Kami berdua memohon doa dan restunya kepada bapak ibu dan adik-adik sekalian yang hadir di sini, semoga apa yang menjadi cita-cita kami ini dapat terkabul dan diridloi oleh Allah SWT,” pinta H. Maslani.

Ketika dimintai komentarnya terkait dengan lakon Semar Mbangun Kahyangan, pengusaha property sukses tersebut memberikan sedikit ringkasan cerita bahwa kisah ini berpusat pada sosok Semar dan punakawan.
Sosok Semar sendiri, ungkap H. Maslani, banyak diartikan berasal dari bahasa Arab, “Semar berasal dari kata Samir yang maknanya menyingsingkan lengan. Tanda siap bekerja keras, siap bekerja efektif untuk membangun negeri. Siap cancut taliwondo,” jelas H. Maslani.
Lalu, Gareng menurut suami Hj. Dewi Yulisyani, ini, berasal dari kata naala qariin yang bermakna mencari teman. Kemudian sosok Petruk berasal dari kata fatruk yang bermakna tinggalkanlah. Terakhir, terang dia, Bagong berasal dari kata bagha yang bermakna keonaran.
“Jadi artinya sudah sangat baik sekali. Mari bekerja menyisingkan lengan mencari teman untuk meninggalkan keonaran atau kezaliman,” ucap dia.
Lakon “Semar Mbangun Kayangan” secara singkat sebagai sebuah bentuk pertanggungjawaban. Semar mengambil tanggung jawab dan kepedulian agar negeri Amarta selamat dari kekacauan.
Bagaimana seorang rakyat kecil seperti Semar, berani menentang penguasa demi kebenaran, sungguh perbuatan yang sangat mulia.
Menurut H. Maslani, dalam lakon Semar Mbangun Kahyangan itu diuraikan makna ilmu sangkan paraning dumadi (asal-muasal dan tujuan hidup), jumbuhing kawula-Gusti(Penyelarasan antara tindakan hamba dengan kehendak Tuhan), manunggaling kawula-Gusti (bersatunya antara hamba dengan Tuhan), dan kasampurnaning dumadi (kesempurnaan hidup).
Di dalam lakon Semar Bangun Kayangan, Semar memiliki tujuan akan membangun kahyangan (jiwa)-nya Pandawa dengan syarat pusaka tiga macam, yakni: pertama, Jamus Kalimasada (lambang: pedoman hidup yang menggunakan tatanan); kedua, Payung Tunggulnaga (lambang: iman kepada Tuhan yang menjadi perlindungan hidup); ketiga, Tombak Karawelang (lambang: fokusnya cipta, rasa, dan karsa yang menjadi pusaka hidup ketika akan mencapai cita-cita luhur).
Sesudah pusaka tiga macam itu bersatu di dalam sanggar pemujaan; Semar yang memiliki tanggung jawab sebagai penjaga keselamatan Dinasti Bremani itu kemudian menjadi raga, wadah, atau kerangka Pandawa yang ingin menyerap ajaran tentang asal-muasal dan tujuan kehidupan, penyelarasan antara tindakan hamba dengan kehendak Tuhan, bersatunya antara hamba dan Tuhan, serta kesempurnaan hidup dari Sang Hyang Wenang.
Tidak ubahnya seorang guru kepada siswa-siswanya, Sang Hyang Wenang memberikan ajaran mengenai makna dari ketiga ilmu itu kepada Pandawa. Pertama, manusia harus memahami asal-muasal dan tujuan hidup. Manusia yang dicipta dari anasir tanah, air, api, dan angin (raga) serta nyawa, roh, dan sukma yang kelak kembali pada asal-muasalnya; ketika raga manusia mengalami kematian.
Kedua, manusia harus bisa menyelaraskan tindakan yang dilakukan dengan kehendak Tuhan. Penyelarasan tindakan hamba dan kehendak Tuhan inilah yang menjadi sarana bersatunya antara hamba dengan Tuhan. “Bersatu serupa api dengan panasnya, air dengan dinginnya, atau lampu dengan cahayanya. Bersatunya dzat dengan sifatnya itu yang menyebabkan urip (hidup) menjadi urup (menyala atau hidup sebenarnya). Hidup sempurna karena mendapatkan cahaya dari Tuhan (nurillah). Hidup yang berguna bagi diri pribadi, keluarga, tetangga, lingkungan sekitar, bangsa dan negara serta seluruh makhluk di muka bumi ini,” terang H. Maslani.
Semangat Semar Mbangun Kahyangan itulah yang akan mengiringi H. Maslani dalam menapak dunia baru sebagai politisi Nasdem, agar hidupnya semakin berguna dan bermanfaat bagi masyarakat banyak. “Siap menyingsingkan lengan baju. Siap bekerja keras, siap bekerja efektif untuk membangun negeri. Siap cancut taliwondo,” semangat H. Maslani. (dedi/pas)