Jendral Dari Desa Tertinggal
Irjen Pol. Drs. Martuani Sormin Siregar, merupakan sosok Polisi yang rendah hati dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Didikan kedua orangtuanya dan juga ditunjang dengan kondisi perekonomian keluarganya yang pas-pasan, membuatnya harus bekerja keras sejak kecil demi meraih cita-citanya.
Jenderal bintang dua yang sudah banyak pengalaman bertugas diberbagai tempat dan posisi, hingga dipercaya oleh pimpinan tertinggi Polri untuk menjabat sebagai Kapolda Sumut.
Pada masa kecilnya sekitar tahun 1967, ia masih ingusan, dan cacingan menempuh pendidikan SD di Dusun Lobu Sonak, Desa Lumban Sormin, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara. Saat itu ia berlari-lari mengejar helikopter yang mendarat di desanya, hingga menjadi sebuah nazar baginya untuk bisa mendarat dengan sebuah heli di tempat yang sama.
“Tahun 1967, saya berlari-lari mengejar heli dengan satu tangan memegang baju, satunya lagi mengelap ingus, 50 tahun kemudian saya mendarat dengan helikopter, itulah nazar saya,” kenang Irjen Pol. Martuani Sormin.
Itu apa adanya, sekarang saja anak-anak sudah bersih, sehat. Dulu, Martuani kecil ingusan, cacingan. Tapi ia tetap semangat bersekolah dan rajin belajar. Tidak menyerah dengan keadaan, tidak tertunduk oleh kemiskinan, meski dari desa tertinggal. Tidak ada listrik dan miskin, tapi Martuani kecil tidak pernah menyerah. Siapa menduga anak dari desa tertinggal itu, kini menjadi seorang Jenderal Polisi.
Kisah masa kanak-kanaknya dengan segala keterbatasan dan kesusahan pada masa itu mampu melahirkan dirinya yang sukses menjadi seorang Jenderal yang mumpuni.
Alumni Akpol 1987 dan berpengalaman dalam bidang reserse ini, dilahirkan pada tanggal 30 Mei 1963 di Desa Lobu Sonak-Lumban Sormin, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Martuani Sormin yang beristerikan boru Sianturi ini memiliki tiga buah hati, satu laki-laki dan dua perempuan. Dalam mendidik buah hatinya, Martuani Sormin, sangat demokratis dan tidak memaksakan kehendaknya. Menurutnya keluarga adalah tempat pertama dimana anak-anak belajar berinteraksi satu sama lain, belajar mengenai nilai-nilai sosial, pengorbanan diri demi orang lain yang pada gilirannya akan menumbuhkembangkan kepekaan anak-anak akan keperluan orang lain di luar dirinya.
Roh atau semangat untuk saling memberikan diri dan berkorban satu sama lain seperti yang dinampakkan olehnya adalah model dan ukuran bagi anak-anaknya untuk mempraktekkan nilai pengorbanan diri dalam relasi dengan saudaranya serumah dan dengan segenap anggota keluarga lainnya, yang pada akhirnya akan menuntun mereka untuk mempraktekkan nilai yang sama dalam relasi dengan orang-orang lain – sesamanya.
Martuani Sormin sangat menyadari sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, mempunyai tugas luhur untuk mengajarkan atau menanamkan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang oleh kebanyakan orang sudah dirasakan semakin mengalami kemunduran atau kemerosotan dalam kehidupan bersama. Apa yang di masa lalu dianggap sebagai nilai kebanggaan bahkan nilai yang membedakan kita dari masyarakat atau suku bangsa lainnya seperti keramahtamahan, cinta damai, kejujuran, toleransi, semangat berkorban, semangat berbagi dengan orang lain, penghormatan terhadap hak dan hidup orang lain, kesetiaan dan nilai-nilai religius terus ditanamkan dalam diri anak-anaknya.
Sebagai orangtua Martuani Sormin selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk bersikap jujur – tidak berbohong kepada orang lain . “ Penanaman nilai kejujuran ini akan dengan mudah diterima dan dihayati oleh anak kalau kita orangtua menunjukkan sikap dan keteladanan kejujuran dalam kehidupan mereka; bila sikap itu kita ditunjukkan, maka tidak akan sulit kita meminta atau mengharapkan anak-anak kita bersikap jujur,” ucapnya.
Sikap itu dia dapatkan dari kedua orangtuanya yang selalu mengajarkannya untuk bersikap jujur. Padahal Martuani Sormin di masa kecilnya adalah penjual tape singkong, keripik singkong, dan Jagung rebus di Pasar Pangaribuan, Tapanuli Utara. Selain itu, sepulang sekolah dari SDN 173191 Lumban Sormin, sudah menjadi rutinitasnya membawa tanah kompos ke ladang dan sepulangnya memikul kayu bakar dari hutan Dolok Matutung (nama kawasan hutan) untuk dibawa ke rumah, ”Memikul kompos atau kayu bakar adalah keseharian saya yang sudah dianjurkan ibu,” cerita Irjen Pol. Martuani Sormin.
Meskipun hidup sederhana dengan ekonomi pas- pasan, Martuani Sormin semasa menenpuh pendidikan di sekolah dasar, predikat sebagai juara umum di SD Lumban Sormin selalu melekat pada dirinya. Setelah lulus dari SDN pada tahun 1975 dengan predikat juara 1, Martuani Sormin melanjutkan pendidikan ke SMP N 1 Pangaribuan.
Tak ingin menyerah dengan keadaan, Martuani Sormin remaja kemudian merantau ke Jawa Tengah pada tahun1979 untuk melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Patih dan dia menamatkan pendidikan SMA pada tahun 1982.
“Waktu sekolah di SMA, saya pernah mau dikeluarkan, karena nilai saya banyak merahnya. Hanya satu yang dapat nilai 6, hanya nilai agama. Tapi saat tamat, saya menjadi lulusan dengan predikat terbaik. Artinya kalau serius kita pasti bisa, jangan pernah berhenti berusaha, terus semangat meraih cita-cita,” kata Martuani.
Disaat teman-teman sebayanya asyik bermain-main, Martuani menjalani kegiatan kesehariannya dengan menjual tape singkong, memikul kompos dan kayu bakar untuk membiayai sekolahnya. Bahkan dalam kehidupan kesehariannya Martuani Sormin sering diejek kawan- kawannya kala itu. “Kasihan ya si Martuani ini, tiap hari kerja dan mencari uang,” ungkap Irjen Pol. Martuani Sormin, mengingat masa lalunya.
Hingga saat ini, masih jelas tergambar kondisi r u m a h n y a y a n g s e d e r h a n a . T i a n g n y a b a h k a n t a k lagi berdiri sejajar. Di rumah yang sangat sederhana itulah Martuani Sormin kecil menghabiskan hari- harinya bersama keluarganya di Desa Lumbon Sormin, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Tak ada listrik, begitu juga televisi. Penerangan satu- satunya ketika malam tiba hanyalah lampu minyak biasa. Namun Martuani Sormin tetap semangat menjalani hidup. Semangat menuntut ilmu untuk masa depan yang lebih baik.
Sang Ayah, Op. Patiar Doli, selalu berpesan kepadanya agar tetap menjadi anak yang jujur dan pintar. Ia pun selalu menyemangati Martuani Sormin agar jangan terpengaruh oleh omongan-omongan teman-temannya.
“Sebagai orang tua, walaupun hidup dalam kemiskinan, A y a h s a y a t e r u s m e n y e m a n g a t i s a y a a g a r t i d a k terpengaruh dengan ejekan-ejekan teman-teman. Jangan putus asa, teruskan sekolah. Negara itu membutuhkan orang pintar dan orang baik,” katanya, menirukan ucapan Ayahnya waktu itu.
Sang Ayah pun bangga atas prestasi yang Martuani Sormin raih di sekolahnya. Biarpun dengan keterbatasan ekonomi, Martuani termasuk siswa berprestasi menjadi langganan juara kelas.
“Waktu itu saya telah bertekad ingin terus bersekolah. I n g i n m e n j a d i P o l i s i h a r u s p i n t a r . A y a h s e l a l u mengingatkan untuk selalu menjadi manusia yang jujur dan pintar. Makanya saya ingin terus sekolah sampai ke jenjang yang tinggi,” kenang Martuani.
B a h k a n k e t i k a m e n e m p u h p e n d i d i k a n d i S M P , Martuani Sormin pernah menjadi Duta Kecamatan Pangaribuan untuk lomba cerdas cermat se-Kabupaten Tapanuli Utara yang diselenggarakan di Tarutung. Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orangtuanya, setiap hari Sabtu sore, Martuani Sormin harus menjemput Ayahnya ke Desa Purbatua yang telah seminggu mengambil getah kemenyan di hutan dengan sepeda ontel, ”Jadi setiap Sabtu sore, sepulang sekolah saya harus jemput Ayah ke hutan Purbatua dengan sepeda ontel,” ujarnya mengingat kenangan pada ayahandanya.
Setelah lulus dari SMA, ibundanya menganjurkan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi atau langsung bekerja. Ibundanya melarang Martuani Sormin masuk pendidikan militer karena khawatir akan keselamatan anaknya. Namun, niat tulus untuk mengabdi bagi bangsa dan negara, akhirnya Martuani Sormin mendaftar ke di Akademi Kepolisian dan diterima.
Akademi Kepolisian (Akpol) merupakan Kawah Candradimuka untuk mengubah sikap hidup para pemuda dari sipil menjadi sosok Polri. Pendidikan di Akpol memang berat dan sulit. Tetapi bila dijalani secara disiplin, ikhlas, dan tekun akan dapat dilalui secara mudah. Untuk itu, para taruna dituntut disiplin pribadi yang tinggi, semangat dan sikap tanggung jawab yang kuat untuk meraih cita-cita sebagai perwira Polri.
Meskipun harus dijalani dengan penuh tantangan, namun pendidikan di Akpol bisa menjadikan kebersamaan dan kesetiakawanan antara taruna Polri. Para taruna Akademi Kepolisian yang telah menjalani pendidikan merupakan pemuda dan pemudi pilihan yang disiapkan menjadi calon pimpinan Polri pada masa depan.
“Agar mampu mengemban tugas negara, taruna harus ditempa dalam berbagai tahapan, ditempa lalu p e m a t a n g a n k e p e m i m p i n a n s e c a r a b e r t a h a p d a n berkelanjutan. Untuk mencapai cita-cita tersebut, para taruna Akademi Kepolisian dituntut dapat mewujudkan semangat kebersamaan dan membangun soliditas,” kata Irjen Pol. Martuani Sormin.
Setelah lulus dari Akpol tahun 1987, Martuani Sormin pertama kali bertugas di Pamapta Kepolisian Resort Aceh Tenggara (1987), kemudian menjabat Kepala Satuan Sabhara Resort Aceh Tenggara Kepolisian Daerah Aceh (1988), lalu Kepala Kepolisian Sektor Lawe Sigala-Gala Resort Aceh Tenggara (1989) dan Kepala Satuan Serse Narkotik Direktorat Serse Kepolisian Daerah Aceh (1992).
Pada tahun 1996, Martuani Sormin dimutasi ke Ibukota dan menjabat sebagai Kepala Pusat Komando Pengendalian Operasi Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan. Kemudian menjadi Kepala Kepolisian Sektor Metro Gambir Resor Metro Jakarta Pusat (1998).
Tahun 2002, Martuani Sormin dimutasi lagi ke luar Ibukota, yaitu ke Polda Sumatera Selatan menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian Pengamanan Satuan Direktorat Intelijen dan Pengamanan. Setahun kemudian menjadi Kepala Kepolisian Resort Musi Banyuasin (2003) dan Wakil Kepala Kepolisian Kota Besar Palembang (2006).
Tahun 2007 Martuani Sormin ditarik ke Bareskrim Mabes Polri menjadi Penyidik Utama Tk. III Direktorat III/Tindak Pidana Korupsi. Setelah tiga tahun menjadi penyidik, Martuani Sormin mendapat promosi menjadi Direktur Reserse Kriminal Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka Belitung. Lantas Direktur Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka Belitung (2011).
Tahun 2012 Martuani Sormin kembali ke Bareskrim Mabes Polri, menjadi Analis Kebijakan Madya bidang Pideksus. Satu tahun menjadi analis kebijakan, Martuani Sormin kembali ke daerah kali ini ke Polda Maluku untuk mengemban tugas sebagai Kepala Biro Operasi. Lantas pindah ke Polda Jawa Barat masih menduduki jabatan sebagai Kepala Biro Operasi dan tahun 2015 ke Polda Metro Jaya juga sebagai Kepala Biro Operasi.
Selanjutnya pada tahun 2016, Martuani Sormin d i p e r c a y a m e n j a d i W i d y a i s w a r a M a d y a S e s p i m Lemdikpol, Kepala Biro Pengamanan Internal Divisi Profesi & Pengamanan Polri dan Kepala Kepolisian Daerah Papua Barat.
Setelah menjabat sebagai Kapolda Papua Barat, Tahun 2017 Martuani Sormin dimutasi untuk mengemban tugas sebagai Kepala Divisi Profesi & Pengamanan Polri (Kadiv Propam). Lantas tahun 2018 kembali lagi menjadi orang nomor satu di Polda Papua.
Sebelum menjadi Kapolda Sumatera Utara, Martuani Sormin pernah menjadi Asisten Operasi Kapolri. Irjen Pol. Martuani Sormin Siregar, mengungkapkan kalau dirinya perlu waktu 32 tahun untuk bisa bertugas di tanah kelahirannya, Sumatera Utara. Sejak lulus Akademi Polisi (Akpol) pada tahun 1987 dirinya tidak pernah bertugas di wilayah Sumut.
“Saya membutuhkan waktu yang lama agar bisa mengabdi kepada tanah kelahiran saya di Sumut. Makanya saya ingin membawa Polda Sumut menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya,” tekadnya.
Dengan pengalaman dan kurikulum yang laluinya sudah dapat menjadi modal sebagai anak rantau yang bertugas di kampung halamannya sendiri,”Saya berharap selama saya bertugas di Polda Sumut, agar seluruh masyarakat Sumut dapat membantu Polri sebagai penanggung jawab Kamtibmas di Provinsi ini,” harap Irjen Pol. Martuani Sormin.
Dalam kesempatan tersebut, Irjen Pol. Martuani Sormin juga mengungkapkan bahwa sumber daya manusia (SDM) di kepolisian harus dikelola dengan baik, jujur, dan serius. SDM yang berkualitas akan tercapainya tujuan polri, yaitu rasa aman, keadilan, dan pelayanan prima di masyarakat. Selain itu, memiliki prinsip bersih, transparan, akuntabel, dan Humanis.
“Amanah dan jabatan apa pun itu yang dipercayakan pimpinan, harus dijalankan dengan baik. Seperti latar belakang saya sebagai anak kampung, tentu bisa sebagai pe nggugah se mangat, bah wa parh uta-h uta ( anak kampung) juga mampu berbuat yang terbaik apabila dia mau belajar dan berlatih,” tuturnya.
Makanya Irjen Pol. Martuani Sormin telah berkomitmen untuk melarang anggota polisi berkunjung ke rumah dinasnya jika hanya untuk persoalan pribadi. Hal ini sesuai dengan amanat dan atensi Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis, “Semua bisa dikerjakan di kantor, karena ada mekanisme untuk anggota. Baik mengenai sekolah dan pembinaan kariernya,” katanya.
M e n u r u t n y a , s e m u a p r o g r a m p i m p i n a n h a r u s dijalankan demi kemajuan serta kebaikan kepolisian. Sejumlah atensi Kapolri yang harus ditegakkan antara lain, pemberatasan narkoba, meningkatkan citra Polri dan melarang anggota datang ke rumah dinas,”Kami akan ikuti semua amanat dan atensi Kapolri, Bapak Jenderal Pol Idham Azis,” katanya.
Untuk meningkatkan citra Polri, Irjen Pol. Martuani Sormin, terus menjalin silaturahmi dengan berbagai kalangan, seperti menggelar program Jumat Barokah di Masjid-masjid dan program Minggu Kasih di Gereja-Gereja. Tujuannya untuk mendekatkan diri dan menjalin silaturrahmi dengan masyarakat Sumatera Utara yang beragama muslim dan non muslim. Selain itu juga menggelar bhakti sosial dan memberikan berbagai bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti korban banjir bandang dan bencana lainnya, serta menciptakan rasa aman di lingungan masyarakat dengan slogan TIDAK ADA TEMPAT BAGI PENJAHAT DI SUMUT.