The Power of Problem
- Oleh: Usep Saefuddin, S.Pd, M.M (Kepala Sekolah Penggerak SDN Sukasari I Karawang)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Al Qur’an).
Hakikat Masalah
“Kepuasan akan membuat kita terlena”. Saya seringkali mengucapkan kalimat tersebut. Kalimat tersebut bermaksud untuk menggambarkan kehidupan (life) tanpa suatu masalah (problem). Faktanya, masalah dan kehidupan saling berkaitan satu sama lain. Masalah senantiasa mewarnai kehidupan. Seseorang yang masih dapat menghembuskan nafas, hakikatnya akan selalu berjumpa dengan permasalahan. Salah satu indikasi kehidupan adalah memiliki masalah. Setiap orang menginginkan bebas dari suatu masalah. Konsekuensinya berhenti pula dari kehidupan.
Secara arti bebas, masalah memiliki makna sebagai kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Artinya ketika seseorang memiliki harapan (excpectation) yang tinggi, sementara kenyataan (realization) sumber daya masih rendah. Kemampuan diri belum dapat menggapai harapan yang memuaskan. Celah yang ada tersebut merupakan zona masalah. Sebaliknya, jika harapan yang kita inginkan dapat terwujud dengan sumber daya atau potensi yang ada. Ranah tersebut bukan merupakan masalah. Karakter asli manusia seringkali berharap jauh melampaui dari kemampuan diri. Manusia mendorong untuk melakukan tindakan dalam upaya meraih cita-cita dan harapan.
Mensikapi Masalah
Bill Gates, pemilik Microsoft mengungkapkan bahwa,”jika kau terlahir miskin, itu bukan salahmu, tapi jika kamu mati dalam keadaan miskin itu adalah kesalahanmu”. Dalam ungkapan tersebut, miskin adalah suatu contoh nyata masalah yang nyata bagi sebagian orang. Masalah tersebut akan senantiasa menjadi masalah sekaligus kesalahan. Jika kita mensikapi dengan duduk manis, diam, menangis meratapi dan menyesali kemiskinan sampai mati. Sebaliknya, jika dengan kerja keras berupaya keluar dari kemiskinan melalui berbagai cara. Terlepas apa pun hasilnya, hakikatnya sedang mengeliminasi kemiskinan dari permasalahan hidup. Dengan demikian, upaya preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dari suatu masalah berdasarkan definisi dan contoh ungkapan di atas adalah dengan meningkatkan kemampuan atau sumber daya serta potensi diri.
Kekuatan Masalah
Masalah memiliki kekuatan (the power of problem) yang mempengaruhi kehidupan manusia. Pertama adalah pengembangan diri (self development), dengan masalah yang ada. Manusia senantiasa akan belajar dan mengembangkan diri. Mereka mengembangkan perilaku ini sebagai upaya mencari cara penyelesaian terbaik suatu masalah.
Kedua, adanya masalah dapat meningkatkan interaksi sosial. Karena masalah-masalah tertentu dengan segala keterbatasan, terkadang tidak dapat diselesaikan oleh diri sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain, solusi bersama, baik dengan keluarga, teman, sesama atau pun masyarakat.
Ketiga, masalah dapat meningkatkan daya kreativitas dan inovasi. Karena seringkali masalah tertentu tidak dapat digeneralisasikan dengan penanganan yang biasa, melainkan memerlukan penanganan berbeda yang kreatif sekaligus inovatif. Keempat adalah meningkatkan kontribusi bangsa, artinya seringkali masalah yang dihadapi berkaitan dengan kemaslahatan bersama, sehingga dengan menyelesaikan masalah tersebut, pada prinspinya juga ikut menjadi bagian dari solusi untuk bangsa dan negara. Kelima tentu saja pendewasaan diri, karena dengan masalah yang beraneka ragam menanamkan kekuatan dan sikap mental dari berbagai ujian kehidupan.
Masalah Guru
Kaitannya dengan konteks kehidupan guru, berbagai problematika senantiasa menyertai dalam setiap langkah hidup. Dari mulai permasalahan kemampuan dan sikap peserta didik yang senantiasa mengecewakan sekaligus memprihatinkan guru, sampai dengan permasalahan upaya pembelajaran yang berkualitas serta kesejahteraan yang tidak kunjung membaik. Tentu saja, guru menghadapi permasalahan dengan perbedaan tingkat kesulitan, sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan jiwa besar masing-masing.
Sikap positifnya, masalah-masalah yang ada pada hakikatnya merupakan cara Allah untuk mendorong guru. Mereka senantiasa meningkatkan kompetensinya, meliputi: a) pedagogik, b) kepribadian, c) sosial dan d) profesionalisme. Selain itu masalah merupakan kesempatan guru untuk mengembangkan interaksi sosial dengan komunitas masyarakat secara langsung atau daring(online). Guru terus meningkatkan daya kreativitas dan inovasi. Sekaligus memberikan kontribusi yang berharga untuk bangsa, negara dan agama. Mereka mendewasakan dan mengendalikan diri. Mari kita mengatasi masalah demi masalah yang berkaitan dengan pendidikan atau pun kesejahteraan. Hakikatnya guru melepaskan diri dari satu ujian menuju ujian berikutnya yang lebih kompleks. Dengan demikian dapat meningkatkan kualitas diri secara komprehensif sebagai manusia.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, masalah merupakan keniscayaan dalam kehidupan. Kita harus senantiasa menyempurnakan ikhtiar. Demi keridhaan Illahi. Mulai saat ini, jadikan masalah sebagai tantangan, bukan halangan. Katakan secara serentak dengan lantang, “Saya suka masalah ( I love problem)”.